Politik Tuna Etika, Pragmatisme Dorong Migrasi Pilihan Politik Politisi

Sen, 4 Sep 2023 10:14:34am Dilihat 738 kali author Platmerah
[Sassy_Social_Share]

 

PLATMERAH. Mendekati Pemilu 2024, peragaan politik elit dan politisi semakin jauh dari etika, moralitas dan ideologi kebangsaan sebagaimana diajarkan para founding people Indonesia. Dari mulai presiden hingga politisi sekelas Budiman Sujatmiko, sebagai salah satu anak asuh Jokowi, sama-sama menunjukkan gejala yang sama.

Di Jakarta, Jumat 21/07/2023, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute Hendardi menilai pragmatisme tanpa ideologi mendasari sejumlah manuver Jokowi, melalui para anak asuhnya, yang hanya mempertegas level kenegarawanan dan kepemimpinan Jokowi semata-mata untuk menjadikan dirinya sentrum kontestasi politik, sehingga memetik insentif kekuasaan pascakepemimpinannya berakhir.

“Meski dirinya bukan ketua partai politik, Jokowi terus memainkan bidak catur politik dan menimbang kekuatan politik mana yang akan melindungi dirinya dan memastikan tetap memberi tempat bagi Jokowi kelak. Sebagai petugas partai yang dipercaya rakyat memimpin, level Jokowi seharusnya meningkat menjadi seorang negarawan dan tetap mempedomani etika politik dan kepemimpinan serta etika kepartaian darimana dirinya berasal,” ujar Hendardi.

Memang, lanjut Hendardi, migrasi politik adalah hal yang wajar dalam berpolitik. Bahkan migrasi ideologis juga muncul di kalangan elit Nasdem, saat partai tersebut mengusung Anies Baswedan sebagai bakal capres. Tapi mereka yang mundur lebih didasari oleh argumen ideologis yang tidak sejalan dengan Anies, yang oleh sebagian orang dianggap menapaki karir politik dengan mengeksploitasi identitas agama.

“Namun, migrasi pilihan politik belakangan ini justru tampak lebih didasari oleh pertimbangan-pertimbangan pragmatis dan imajinasi elektabilitas yang disajikan lembaga survei. Sentrum Prabowo Subianto yang kesannya dikerubuti oleh beberapa jenderal yang dulu menentangnya, bahkan menjadi pengadil pada sidang yang memberhentikan Prabowo dari jabatan dan dinas militer melengkapi panorama pragmatisme dan praktik politik tanpa ideologi. Bahkan mereka yang dulu diculik dan dipenjarakan melalui suatu operasi khusus, justru memuji dan bersimpuh pada Prabowo. Stockholm sydrom tampak menjelaskan fenomena ini,” tandasnya.

Menurut Hendardi, posisi dan magnet Prabowo Subianto saat ini tentu bukan contoh terbaik bagi anggota TNI yang saat ini masih berdinas atau yang mengakhiri tugas dengan prestasi.

“Capaian Prabowo saat ini ditopang oleh masyarakat yang lupa, tidak memetik sejarah sebagai pembelajaran dan ditopang oleh Presiden aktif yang semakin cemas tidak memiliki pengaruh,” pungkasnya. (amr)

News Feed

Kembali PTBA Bagikan 162 Akta Tanah Warga Bara Lestari II

Kam, 17 Mar 2022 08:50:29am

Ket Foto : Tampak Kasi Pemerintahan Kec. Lawang Kidul Muhkhtamiri,S.AP didampingi...

Atasi Kelangkaan Minyak Goreng, Pemkab Muara Enim Gelar Operasi Pasar di Kec. Panang Enim

Kam, 17 Mar 2022 08:19:56am

Ket Foto : Tampak Disperindag Kab. Muara Enim saat menggelar operasi pasar untuk warga...

Al Azhar Ketua PWI Muara Enim Terpilih : Ingin Jadikan PWI yang Bermartabat dan Berkompetensi

Kam, 17 Mar 2022 01:59:39am

Ketua PWI Muara Enim periode 2022-2025 Al Azhar saat memberikan sambutan usai...

Melalui 2 Putaran, Al Azhar Terpilih Menjadi Ketua PWI Muara Enim periode 2022-2025

Kam, 17 Mar 2022 01:13:23am

Ket Foto : Anggota PWI Muara Enim berfoto bersama pengurus PWI Sumsel usai menggelar...

Wamentan RI Sidak  Kebutuhan Bahan Pokok di Pasar Agung Depok.

Kam, 17 Mar 2022 12:29:43am

Wamentan RI Sidak  Kebutuhan Bahan Pokok di Pasar Agung Depok. Platmerah.Net,Depok- Wakil Menteri Pertanian RI, Harvick Hasnul Qolbi di dampingi...

Baca Juga

Berita Terbaru

International

Fokus

Visitor

  • Visitor Today : 70
  • Visit Today : 71
  • Visitors Total : 388416
  • Visit Total : 690355