Petugas Keamanan Proyek Alun Alun Barat Depok Usir Wartawan

Kam, 30 Mei 2024 01:10:52pm Dilihat 376 kali author Wismo
[Sassy_Social_Share]

Petugas Keamanan Proyek Alun Alun Barat Depok Usir Wartawan

Platmerah.Net,Depok- Insiden pengusiran wartawan yang terjadi di proyek pembangunan Alun-alun Depok wilayah barat, tepatnya di Kecamatan Bojong Sari, menuai kecaman keras dari berbagai pihak, seorang anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Depok, bernama Joko Warihnyo  dilarang masuk  oknum petugas keamanan saat hendak melakukan peliputan di area Alun-alun Depok, Rabu (29/5/2024).

Menanggapi kejadian tersebut, Ketua PWI Depok, Rusdy Nurdiansyah,sangat menya yangi  insiden tersebut. ” Tindakan menghalangi tugas jurnalistik adalah pelanggaran serius terhadap kebebasan pers.” tegasnya.

Dikatakan, “Siapa pun tidak boleh menghalangi tugas seorang jurnalis. Pers nasional memiliki hak untuk mencari, memperoleh, dan menyebar luaskan gagasan dan informasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers,” tambah Rusdy.Kamis (30/05/2024).

Rusdy Nurdiansyah mengutip Pasal 18 ayat (1) UU Pers yang menyatakan, “Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak lima ratus juta rupiah.”

Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Depok, Iyung Rizki, juga mengecam keras tindakan petugas keamanan tersebut. Menurutnya, kejadian ini menunjukkan kurangnya pemahaman mengenai fungsi pers sebagai alat kontrol sosial.

“Ketika awak media sudah memperkenalkan diri dan menunjukkan ID kartu pers, seharusnya pihak alun-alun memberikan akses dan pendampingan. Pihak kepala dinas juga harus mengedukasi para petugas keamanan agar memahami tugas seorang jurnalis,” ujar Iyung.

Senada dengan pendapat Rusdy dan Iyung, Ketua Majelis Taklim (MT) Balai Wartawan Depok, Adi Rakasiwi, menekankan bahwa pelarangan wartawan dalam menjalankan tugasnya di area publik seperti alun-alun adalah tindakan yang tidak dapat dibenarkan.

“Ini harus dipahami oleh para OPD Pemkot Depok. Wartawan seharusnya diberikan akses seluas-luasnya dalam menjalankan tugasnya mencari berita, terutama di fasilitas publik yang dibangun dengan uang rakyat. Menghambat kemerdekaan pers sama dengan menghalangi hak masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat,” tegas Adi.

Insiden ini semakin memperburuk citra proyek pembangunan Alun-alun Depok yang telah menelan dana hingga 45 miliar rupiah. Proyek yang seharusnya menjadi pusat kegiatan masyarakat tersebut kini dihadapkan pada berbagai masalah, termasuk dugaan sengketa tanah seluas 2,3 hektar yang menjadi lokasi alun-alun.

Ketika para wartawan mencoba mengambil gambar di area alun-alun, mereka dihentikan oleh petugas keamanan yang mengklaim menjalankan perintah dari pimpinan dinas. “Selamat siang pak, mohon maaf mengganggu. Kami dari media, mohon izin mau ambil gambar buat berita,” ujar salah satu wartawan. Namun, tanggapan sinis diterima dari petugas keamanan, “Kamu dari mana? Mau apa? Tidak boleh ambil foto-foto di sini, silakan keluar. Saya menjalankan perintah dari pimpinan Dinas.”

Akibatnya, para wartawan terpaksa mengambil gambar dari luar area alun-alun. Kejadian ini menunjukkan betapa ketatnya pengawasan dan tingginya kontroversi yang melingkupi proyek pembangunan tersebut.

Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa meskipun pembangunan alun-alun sudah menyedot anggaran besar, proyek ini masih belum selesai sepenuhnya. Insiden pengusiran wartawan ini menambah sorotan publik terhadap masalah transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan proyek yang menggunakan dana publik.

Proyek pembangunan Alun- Alun Kota Depok di wilayah barat, yang berlokasi di Kecamatan Bojong Sari senilai 45 miliar rupiah tersebut diduga dibangun di atas lahan sengketa.

Bareskrim Polri dan Unit Inafis sudah melakukan inspeksi di lokasi proyek pada Selasa, 31 Oktober 2023 lalu. Inspeksi ini dilakukan berdasarkan surat dari Bareskrim Polri yang menindaklanjuti laporan dugaan pemalsuan surat akta autentik terkait tanah seluas 91 hektar di wilayah Sawangan dan Bojong Sari.

Lahan tersebut, diketahui merupakan hibah dari PT Pakuan kepada Pemerintah Kota Depok. Namun, Ida Farida, penggugat dalam kasus ini, mengklaim bahwa lahan tersebut adalah miliknya yang telah diakui secara hukum oleh BPN Provinsi Jawa Barat melalui surat nomor 08/Pbt/BPN 32/2017.(wis).

News Feed

Polda DIY Sita 2 Ton Ganja dari Jaringan Pengedar Lintas Daerah

Sel, 8 Feb 2022 07:27:42am

Yogyakarta: Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membongkar keberadaan ladang ganja sebanyak 20 ribu pohon di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser,...

Ribuan Polisi Kepung dan Tangkap Warga Desa Wadas, ‘Alerta’ Menggema

Sel, 8 Feb 2022 07:25:33am

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta mengatakan ribuan aparat kepolisian menyerbu Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo hari ini, Selasa...

Indonesia Berpotensi Jadi Gerbang Internet Dunia

Sen, 7 Feb 2022 07:53:51am

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate menyebutkan bahwa Indonesia berpotensi menjadi negara penghubung internet di segala...

Tidak Berizin, Layanan Rapid Antigen di Pelabuhan Ketapang Ditertibkan

Sen, 7 Feb 2022 07:26:54am

Petugas Pol PP yang tergabung dalam Satgas COVID-19 Banyuwangi melakukan penertiban banner pos rapid antigen di Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur,...

Kemenhub: Turis Bisa Masuk Lewat Soekarno Hatta

Sen, 7 Feb 2022 07:26:49am

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meralat aturan terbaru untuk perjalanan luar negeri. Dalam koreksinya, Kemenhub menyatakan WNI dan WNA dengan...

Baca Juga

Berita Terbaru

International

Fokus

Visitor

  • Visitor Today : 1563
  • Visit Today : 1732
  • Visitors Total : 250940
  • Visit Total : 516110